seklilas cerita pendek
KHAYALAN PENYEMANGAT
Namaku
Zyara amanda, aku biasa dipanggil Rara, kini usiaku menginjak 19 tahun. Beribu
hari telah kulalui dalam menjalani kehidupanku. Susah senang, ya kujalani
dengan senyuman. Taburan duri kehidupan selalu menghamburi dan memaksaku untuk
tetap menginjaknya, tapi ramuan-ramuan obat mujarab selalu kudapatkan.
Sekitar
7 tahun yang lalu, disaat aku kelas 1 SMP, aku mengenal seorang teman yang
sangat tergila-gila terhadap artis-artis Korea. Melihat hal itu aku
menganggapnya aneh, karena aku menganggap itu merupakan hal yang sia-sia, hal
aneh , hal yang tabu. Mimpi yang terlalu tinggi, berharap bisa bertemu bahkan
menjadi istri atau pacar dari artis korea tersebut, ooh itu benar-benar
mustahil. Iyaa itu aku anggap sangat mustahil,
bukan hanya dalam dunia nyata, dalam dunia mimpipun itu mungkin tidak akan
terjadi. Karena itu, kadang hayalan-hayalan nya dia itu merupakan bahan
tertawaan ku, bahan bullyanku, bahkan jadi ejekanku. “kenapa sih kamu suka sama
si artis korea itu... haaahaa” dengan nada ejekan dan candaan aku menanyakan
itu, “ahh, kamu ini, gak tau sih gimana yang nama fans, aahh, susah lah
dijelaskan. Mereka itu segalanya, mereka
itu menjadi penyemangat ku tau, mereka itu yang mampu menghiburku dissaat aku
sedih, aduuh semuanya deh ada dimereka. Makanya, kamu harusnya juga punya idola
dong .” “aah, kamu ini, aku nggak mau tertular virus-virus gila kamu yang,
teriak-teriak sendiri, jingkrak-jingkrak sendiri ketika liat fans kamu itu ada
di tv atau dimana aja.” “yaudah, awas yaa kalo suatu saat nanti kamu punya
idola, trus kamu juga kaya aku... hemmmm”.
Kini
roda kehidupan kembali berputar, masa dimana waktu menyadarkanku apa arti dari
idola, fans, ataupun pengggemar . ini masa-masa disaat aku menjalani kelas 2
SMP. Bayang-bayang bullyan ku terhadap temanku diwaktu kelas 1 dulu masih
mengikutiku.
Keadaan
ini berawal dari suatu hari dimana hari itu merupakan suasana pembentukan
sebuah lekukan indah pelangi diwajah awan cerah setelah menangis. Aku bingung
apa yang harus aku lakukan di sore itu, kulihat disekeliling rumah hanya
genangan-geanangan air hujan yang bekas turun membasahi bumi. Lalu aku kembali
kedalam rumah dan melihat televisi yang berbicara sendiri “ugghh, kebiasaan dia
ini, setelah nonton tv tidak dimatikan”, lalu kuambil remote tv tersebut, kupindah-pindah
chanel yang ada “hemmm, membosankan acara tv sekarang” otak atik pindah sana
pindah sini, eeh tiba-tiba mandeg di sebuah stasiun tv yang sedang menyiarkan
pertandingan sepak bola. karena penasaran dengan hobi ayahku yang sangat suka
menyaksikan pertandingan bola, apasih yang membuat ayah rela bangun tengah
malam hanya untuk menyaksikan pertandingan bola di tv, maka Ku coba pelototi benda bundar yang mereka
sepak-sepak itu, aku sempat terkesima melihat tendangan-tendangan mulus yang
mampu menembus pertahanan lawan dan menepatkan bola pada sasaran kaki yang
tepat, bahkan sesekali langsung melakukan shooting mulus ke dalam gawang. Rasa
penasaranku mulai berkurang, namun rasa penasaran yang kumiliki tadi seketika
berubah menjadi rasa kagum, rasa bangga, bahkan rasa terkesima dan suka
terhadap sebuah tim yang bertanding pada sore itu, kupelototi tv itu hingga
pertandingan usai, dan skor akhir 3-1 untuk kemenangan tim yang membuat aku
wooow. “ooh, ternyata begini perasaan
saat menyaksikan pertandingan bola, kadang ada rasa greget, rasa marah, rasa
kesal. Kecewa, senang, deg-degan, huuuhhhh”.
Keesokan
harinya, disekolah teman-teman cowok aku itu membahas masalah pertandingan
sepak bola kemarin, mereka bilang wasitnya curang lah, karena mereka itu suporter
dari lawan tim yang membuat aku tercenganng itu. Aku yang belum mempunyai
banyak pengetahuan tentang sepak bola, jadi aku hanya diam dan mendengarkan apa
yang mereka katakan. Yaaa, walau ada sedikit rasa jengkel setelah mendengar
itu, karena kulihat tim yang menang itu
memang hebat, dan permainan pada sore itu terlihat fire.
Sepulang
dari sekolah, langsung ku ambil handphone ku, ku coba browsing tim yang menang
dari pertandingan kemarin. Kucari sejarah terbentuknya tim, pemain-pemain yang
ada di tim itu, prestasi-prestasi yang
telah mereka capai, bahkan jadwal pertandingan yang akan mereka hadapi. Lebih
dari satu jam ku baca-baca browsingan ku itu, setelah selesai membaca entah
mengapa rasa yang awalnya hanya sekedar rasa kagum seketika menjelma menjadi
rasa cinta. Pertandingan-pertandingan TIM itu selalu kusaksikan walau harus
tengah malam, kutahan mataku untuk tidak mengantuk.
Sudah
hampir setahun rasa cinta ku ini berkembang, dan pengetahuan ku akan sepak bola
kini juga sudah bertambah. Teriak-teriak dan jingkrak-jingkrak sendiri ketika
melihat tim itu pun kini juga ku alami, bahkan bisa bertemu langsung dan
hayalan-hayalan gila pun sering membanjiri fikiranku. Hingga meja dan bangku
duduk ku dikelas kucoret-coret dengan nama tim dan pemain kebanggaan ku itu.
Sampai pada suatu hari disekolah teman-teman cowok ku kembali membahas
pertandingan yang baru saja dilakukan oleh tim kebanggaanku itu, ternyata ada
kata ejekan yang mereka ucapkan, entah mengapa mendengar kata-kata itu aku
seketika merespon dengan kemarahan. Ini itu ini itu yang ku paparkan, yang
menunjukan kebanggaan ku akan kehebatan tim itu, namun apa aku di tertawakan
“ahh apa-apaan kamu ini, kamu itu anak cewek, mana tau sepak bola” mereka
mengejekku seperti itu. “Apa? aku fans mereka, jadi aku tau banyak tentang
mereka.” Cekcok mulut terjadi hari itu, aku di ejek, diledek, dll. “hemmmm,
taukan kamu bagaimana rasanya punya fans, terus diledek, di bully” teman kpop
ku itu juga ikut-ikutan mengejekku, walau dengan nada becanda. “iya, aku minta
ma’af, yaa itu kan dulu vir, kini ya aku sadar akan seorang idola, idola itu
penyemangat, penghibur disaat sedih, dan mereka itu segala vir.” “ya begitu
juga aku, mereka itu memang penghibur, ya mungkin aku tidak bisa bertemu
langsung dengan mereka, tapi melihat di sosmed, tv atau dimana saja sudah
membuat ku bahagia ra”.
Dan sejak hari itu aku
belajar menghargai akan adanya seorang idola dalam kehidupan teman-temanku,
karena kini aku juga mempunyai seorang idola dan merasakan apa yang mereka juga
rasakan. Aku bangga dengan idolaku, aku bangga dengan orang-orang yang
sama-sama mengidolakan tim kebanggaanku, walau kami beda pulau, beda bahasa,
beda suku bangsa, dan budaya, namun kami tetap satu. Aku bangga menjadi bagian dari mereka
Aremania.
Komentar
Posting Komentar