Malaysia's stories 1

HARI PERTAMA

Pernah ngebayangin sebelumnya kalo suatu saat bakal nginjakin  kaki di Negeri sebrang. Tapi gak yakin bakal ke wujud atau nggak. Tapi setidaknya mimpi mampu berpadu dengan niat. Keyakinan dan kesempatan berjalan beriring memberikan kesempatan.
Negeri Upin Ipin kusebut itu. Negara yang Merdeka lebih lambat di Bandingkan Indonesia. Negara yang perlahan bergerak menuju arah positif yaitu berkembang dan mulai mengarah menjadi Negara Maju. Negara tetangga serumpun Indonesia. Yaa, Malaysia itu namanya. Negara tetangga pertama yang ku kunjungi.




Selasa, 24 Mei 2018. Setelah 2 jam Perjalanan yang di tempuh melalui jalur udara dari Jakarta, akhirnya kami tiba di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Bandar Udara yang sangat bagus dan bersih. Udara dan aroma Kuala Lumpur memberikan kesan positif ketika sesampanya disini. 
Seketika tiba di Bandar Udara, kami bergegas ke Imigrasi. Pelayanan yang bagus, dan budaya antri yang mantab. Setelah dari sana kami mengambil barang dari bagasi, ternyata barang bawaan kami telah tersusun di bagian samping tempat pengambilan barang dari bagawi secara rapi. Untuk pertama kali di sini saya temui tempat umum yang sangat tenang, sehingga sehabis mengambil koper kami sempat berleha-leha menikmati Bandar udara yang nyaman ini.
Beberapa lama, kami telusuri Bandar udara yg luas ini, sembari keluar untuk segera menemui guide yang akan membawa kami berwisata di Malaysia, dialah Pak Mus πŸ˜‚πŸ˜‚. Mustafha nama lengkap beliau, beliau sepertinya sudah berumur πŸ˜‚, terlihat dari gaya pakaian dan jenggot panjang yang mulai memutih. Beliau orang yang asik, disiplin, dan bertanggung jawab atas tugasnya. Pokoknya bersama beliau ini sronok, apalagi dengan tawa khas beliau, aduududuuuh.... 
Sekitar pukul 1 siang, dari depan bandara kami sudah di jemput  bus yang akan membawa kami berkeliling Kuala Lumpur dan daerah sekitarnya. Ketika bus sudah mulai berjalan, pak Mus mulai beraksi menjalankan tugas beliau. Beliau memaparkan bahwa bus akan menuju tempat makan, setelah itu lanjut ke Universitas Kebangsaan Malaysia. Kata Pak Mus "nanti kalo kalian nak makan di suatu tempat mana pun, kalo nak minum tea, jangan bilang nak tea je, kalo kalian bilang tea je, nanti diberi nya tea pake Susu. Tapi kalo kalian  nak minum tea yang manis pakai Gula, bilang nya tea'o, atau Coffee'o, Okeey ?? ", yes bakal ku ingat dan ku coba itu... By the way Mendengar kata makan waaa, berasa sangat senang hati ini. Panggilan perut sudah lama berkicauan. Sedikit flash back, jauh-jauh hari sebelum berangkat, aku sudah membayangkan ketika di Malaysia ingin makan makanan yang dijual oleh Mail dan uncle Mutho. Ohhh,ayam gulek, ayam madu, ayam goreng, dua singgit .. Dua singgit .... Dan khas nya uncle Mutho yaitu nasi Lemak .. Hmmmm yummy...... 

NEXT..... Sesampai di tempat makan, aku yang sudah sangat l***r tak sanggup berjalan ke ujung kedai untuk mencari makan. Kulihat ditengah-tengah tempat makan ada sebuah kedai yang menjual nasi dan cukup rame (kan kalo rame biasanya enak πŸ˜‚). Setelah kulihat menu, tak de nasi Lemak ataupun makanan Mail pun. Alhasil, ku pesan makanan seperti makanan yg biasa addition Indonesia, yaitu ayam yang di masak seperti kare, tapi namanya ayam Lemak. Menu siang itu kusantap dengan tambahan sayur kates dan labu kuning, serta bihun goreng seharga 8 ringgit (bukan dua singgit tenyate) . Tapi agak berbeda memang dengan cita rasa masakan Indonesia, tapi namanya juga Lapeer, doyan gak doyan, santap..... *ternyata di ujung kedai temanku nemu nasi leak, macem andakannya uncle Mutho laaa


Lanjut jalan.....
Langsung menuju Universiti Kebangsaan Malaysia. Sebuah Universitas yang masuk dalam top ten Universitas terbaik di Malaysia. Kampus yang sangat luas dan berada di atas bukit. Sesampai disana kami menuju Fakultas Pendidikan. Disana kami sharing bersama petinggi kampus disana yaitu Pak Mahzan dan rekan beliau. Beliau bercerita banyak, diantaranya, mengenai gambaran umum UKM, keadaan pendidikan, ekonomi, dan sejarah, hingga politik yang ada di Malaysia (semoga isi yang mendalam dari sharing nya bisa aku tulis di tulisan yang lain nanti) πŸ˜‚.
Next, disini kami di suguhi tea tanpa O di belakangnya.. Hmmm ternyata enak juge (mungkin karna gratis.. Wkkk). Setelah menyantap suguhan yang disediakan, kami berfoto bersama, dan menyerahkan kenang-kenangan, tak lupa pula penyerahan buku Raun-raun yang ditulis sendiri oleh Big boss kami yaitu Bapak Ewa. Sambil melangkah ke bus , kami berfoto di depan Fakulti Pendidikan, dan menggunakan bus kami juga berfoto di depan Universiti Kebangsaan Malaysia.
Perjalanan selanjutnya kami menuju pusat perbelanjaan bukit bintang khususnya Sungai Wang. Perjalanan yang jauh dari UKM. Hampir sepanjang jalan pak Mus memberikan arahan dan penjelasan mengenai Malaysia. Namun, di Sela itu sesekali ku amati jalanan yang tertata sangat rapi. Kemacetan hanya terjadi di titik lampu merah saja, itu pun tidak tergolong padat menurutku. Jalanan dengan alur-alur yang bagus, namun untuk aku sendiri tidak terlalu memahami, karna kurasa agak berbeda dengan yang ada di Indonesia. Disana pengendara bekendaraan dengan laju dan tertib. Jalanan yang lengang sehingga Perjalanan yang di lalui pengendara lancar. Hal unik yang benar-benar unik menurutku yaitu, aku tidak menemukan suara klakson yang di bunyikan dari kendaraan yg berlalu lalang. Mereka terlihat sangat tertib dan sangat berhati-hati dalam bekendara. Ternyata, setelah di klarifikasi mengenai hal tersebut, di Malaysia ujian untuk mendapatkan Sim melalui berbagai tahapan. Sehingga pengendara yang memiliki SIM benar-benar lancar dalam mengendarai kendaraan yang di bawanya. Bahkan, setelah tes, baik tertulis maupun praktek, calon pemilik SIM hanya memiliki SIM yang masih di klasifikasikan dalam tahapan percobaan selama 2 tahun. Jika selama 2 tahun itu kerap kali melakukan pelanggaran dalam berlalu lintas, maka pihak berwajib memiliki hak untuk menarik SIM nya kembali. Selain itu, pembayaran pembuatan SIM disini pun sangat tinggi, hingga mencapai belasan juta jika dirupiahkan (tergantung jenis kendaraan). Ooooo, iya... Di jalan banyak sangat kita ureng nemu kendaraan macem abang Sale dan Atuk πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚


NEXTTTTTTT
Sesampainya di Sungai Wang, waktu menunjukkan sekitar pukul 6 sore. Namun, belum kepikiran buat belanja, karna beberapa kami belum Sholat zuhur dan ashar. Kami  orang yang tidak tau apa-apa, langsung meminta tolong pak Mus untuk menunjukkan mushala tersebut. Ternyata mushala berada di lantai atas, di antarkan pak Mus sampai depan lift lantai atas dan di berikan beberapa arahan. Ketika sampai atas, kami menemukan panah ke arah mushala. Kami ikuti anak panah itu. Tak menyangka, jalan menuju mushala itu seperti jalan apa yaa namanya, pokoknya dinding yang dipenuhi coretan pilox. Tempat dengan kerangkeng-kerangkeng kawat. Seperti memang aneh bagiku jika tempat ibadah berada di tempat seperti itu. Namun, sesampainya  diakhir panah penunjuk, ternyata memang benar, kami menemukan mushala. 
Tempat shalat dan wudhu antara laki-laki perempuan dipisah. Namun, masih bersebelahan. Sebelum sholat, kami mencari kamar mandi terlebih dahulu, tapi tidak menemukan. Jadi, kami sepakati setelah sholat baru mencari kamar mandi. 
Setelah berwudhu aku langsung mengabdi mukena yang ada di dalam Lemari. Ketika ku pakai rok dari bagian mukena itu, ternyata aku ditegur oleh salah seorang ibu yang ada di dalam mushala tersebut. Katanya itu mukena milik anak ibu-ibu yang lain. Merasa sedikit gimana gitu, tapi ya sudahlah, kan memang punya orang. Ku rapi kan dan ku ambil mukena yang lain. Begitu pula temanku yaitu fuzah, yaa kami hanya berdua. 
Sebelum dan sesudah shalat kami sempat ngobrol berdua. Dari situ, si ibu mungkin mendengar bahasa yang kami gunakan, dan kembali menegur kami. "adek dari indonesia ya", iya kata kami. Ooh, ternyata setelah kami perhatikan mereka ngobrol ternyata mereka menggunakan bahasa Jawa. Bener kata Pak Mus, beliau sempat mengatakan bahwa, pegawai rumah tangga, atau pegawai-pegawai seperti cleaning service di Malaysia kebanyakan  merupakan orang Indonesia. Dan saat itu kami menemukan ibu-ibu cleaning service di Sungai Wang itu orang Indonesia. Namun, jujur aku sedikit males buat nyapa mereka kembali, yaa baper gara-gara mukena tadiπŸ˜‘.... 
Keluar dari mushola sesuai kesepakatan kami selanjutnya mencari kamar mandi. Sebagai orang yang awam, kami benar-benar tidak menemukan kamar mandi dilantai tersebut. Sehingga kami memutuskan untuk turun. Kami yang ke bingungan dan jalan satu-satunya mungkin muter-muter buat cari kamar mandi, akhirnya ditemukan dengan seorang cleaning service di dalam lift. Ketika mau nanya semuanya pada bingung dan sok sibuk. Okey, aku yang sok-sokan juga jadi sok berani nanya. Karna yang di mushala tadi ku temui cleaning service nya semuanya orang Indonesia. Jadi aku berasumsi bahwa laki-laki cleaning service ini juga orang Indonesia. Jadi dengan pedenya aku bertanya " mas, mas, mau nanya, Wc dimana ya??" πŸ™„πŸ™„... Se isi lift (kebetulan temanku semua kok) tahan tawa 😎😎. *masa bodo yang penting gue nemu WC*... Terus mas-masnya itu kayak pelanga pelongo gitu, tapi langsung nyaut "ohh, di LG ada". Pas kebetulan kami ke LG juga. Oke keluar nih, tapi kok gak ada tanda toilet buat ceweknya. Fix nanya lagi "cewek nya dimana?", "di G"... Hah di G, dimana kataku sambil menggurutu, "tuh" temen cowok sambil nunjukkin arah panah toilet cewek. Eheheeee

Itu pertama kali aku pake toilet di Kuala Lumpur. Ternyata bentuk toilet duduk nya beda sama di Indonesia. Terus menurutku sii agak jorok, bau-bau pesing gitu. Haaaaah, gak like lah....



BACK TO BUS

*NEXT FIRST NIGHT IN KL

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAMANDI I WASI TUHA (MEMANDIKAN BESI TUA)

ULAMA KALUA

KLENTENG SOETJI NURANI