MASAK BESAR URANG BANJAR


MANGAWAH
Kebiasaan orang Banjar  terdahulu menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar dalam memasak. Mereka memasak menggunakan peralatan sederhana baik panci dan wajanya maupun alat untuk menyalakan api yang biasa disebut dapur  (Tungku). Namun, Perlahan budaya tersebut mulai dialihkan ke peralatan yang lebih praktis. Mulai dari beralih ke kompor minyak, hingga kompo  gas yang lebih mudah dan efisien.  Penggunaan kompor dalam memasak tidak memakan waktu lama, tidak meninggalkan abu beserata limbah yang lainnya.

Satu hal yang cukup menarik untuk saya tulis kali ini. Pergeseran-pergeseran dalam masyarakat  berkenaan dengan hal memasak tidak menggeser sebuah budaya memasak yang melibatkan orang banyak.  Budaya masak yang menandakan masyarakat banjar hidup rukun,  mampu bekerja sama,  dan saling menolong antar masyarakatnya jelas tergambar dalam budaya mangawah. Budaya masyarakat Banjar ini sering dilakukan ketika mempersiapkan suatu acara atau hajatan. Karna porsi masak dalam mangawah merupakan porsi masak besar. Sehigga mangawah merupakan sebuah kegiatan yang membudaya dalam masyarakat banjar.  
Mangawah merupakan kegiatan memasak, baik lauk pauk maupun nasi didalam sebuah wajan besar yang disebut kawah. Terbuat dari bahan alumunium tebal dengan diameter sekitar 50 cm hingga 1 m dan  kedalaman 30cm hingga 50 cm. Dilengkapi dengan dua buah pegangan atau dalam bahasa banjar disebut tangking dan saling berhadapan disisi kawah.

Memasak menggunakan kawah biasanya menggunakan alat bantu untuk meletakkan kawahnya. Alat tersebut biasa disebut kalikar.  Sebuah benda yang melingkar terbuat dari besi padat dan di beri tiga kaki sebagai penyangga. Ketika memasak,  kayu bakar  di nyalakan di bawah kawah yang di letakkan diantara kaki-kaki penyangga kalikar dan disusun (ditumpuk) untuk membentuk nyala api yang optimal untuk memasak.
Semakin bagus tatanan kayu yang disusun untuk menyalakan api,  maka semakin bagus pula api yang dihasilkan.  Sehingga masakan yang akan dimasak dapat matang cepat dan sempurna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAMANDI I WASI TUHA (MEMANDIKAN BESI TUA)

ULAMA KALUA

KLENTENG SOETJI NURANI